Ingat 4 amalan: Fikir, Dzikir, Syukur dan Sabar

Masjid Trangkil Temboro

Para Santri dan Para Tamu sedang Mengikuti Program Halaqoh Tajwid Untuk Membetulkan Bacaan Quran Mereka

Di Salah Satu Muhallah Temboro

Musyawarah Para Ulama Di Salah Satu Muhallah di Temboro Dalam Rangka Memikirkan Dakwah Di Seluruh ALam

Romo Kyai Uzairon Rahimahullah Di Dalem

Kyai Haji Uzairon Thoifur Abdillah Sedang Menerima Kunjungan Kyai Haji Muhammad Arifin Ilham dan Beberapa Ulama Lain

Pondok Temboro Karas Magetan

Foto Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Karas Magetan yang diambil dari ketinggian

Makan Berjamaah di Temboro

beberapa Ulama Sedang Menikmati Jamuan Makan Berjamaah Sesuai Sunnah Baginda Nabi SAW

Sunday 9 April 2017

KLAIM




Oleh : Dr Syamsuddin Arif
Sekitar penghujung tahun 2010, seorang wanita Spanyol bernama Angeles Duran (49 tahun) mengklaim dirinya sebagai pemilik sah matahari. Perempuan nekat itu bahkan mendaftarkan kepemilikannya atas matahari ke kantor notaris.
Meskipun ada sebuah kesepakatan internasional yang menyatakan bahwa tidak ada negara dapat mengajukan klaim kepemilikan terhadap sebuah planet atau bintang. Tapi, Duran berdalih, tak ada larangan bagi individu mengajukan klaim.
"Tak ada larangan untuk itu. Klaimku didukung hukum. Aku tidak bodoh, aku tahu hukum."
"Aku, juga orang lain bisa mengajukan klaim. Dalam hal ini, kebetulan aku melakukannya lebih dulu," tambah dia.
Dokumen yang dikeluarkan oleh notaris menyatakan, Duran adalah 'pemilik'  Matahari, bintang tipe spektral G2 yang berlokasi di pusat tata surya -- yang berjarak  149.600.000 kilometer dari Bumi.
Dengan bersenjatakan akta notaris, Duran yang tinggal di Salvaterra do Mino mengatakan ia akan meminta bayaran pada siapapun yang menggunakan Matahari. Uang yang ia dapatkan akan diberikan separuhnya pada pemerintah Spanyol -- 20 persennya untuk dana pensiun.
Selain itu, ia juga berniat memberikan 10 persen lainnya untuk penelitian,10 persen untuk mengurangi bencana kelaparan dunia, dan sisanya, juga 10 persen untuk dirinya sendiri.
***
Anda mungkin merasa lucu mengetahui ada orang mengklaim memiliki matahari. Silakan tertawa. Tapi tahukah Anda, bahwa di dunia ini ada klaim-klaim lain yang tidak kalah lucunya?
Berikut di antaranya:
Ada sebagian orang mengklaim diri sebagai pemilik tunggal atas kebenaran. Mendaulat diri dan kelompoknya sebagai yang bermanhaj paling kokoh, sementara kelompok lain disebut goyah manhajnya. Hanya merekalah kelompok paling dekat dengan sunnah. Ustadz sunnah, kajian sunnah, dakwah sunnah, radio sunnah, manhaj sunnah; seluruhnya milik mereka. Di luar itu adalah ghairu sunnah.
Mereka mengaku memegang bendera jarh wa ta’dil abad ini, sehingga berhak memberi stempel bahwa ustadz ini termasuk sunnah sedangkan ustadz itu bukan sunnah. Merekalah satu-satunya pewaris manhaj salaf paling murni dua puluh empat karat.
Amal-amal yang benar hanyalah yang dilakukan kelompok mereka. Sedangkan kelompok lain tertolak. Jika kelompok di luar mereka menjalin persatuan, maka menurut mereka itu seumpama persatuan kebun binatang. Persatuan hakiki versi mereka ialah apabila seluruh umat berpikiran, berkata, dan berbuat sama dengan mereka.
Konsep ahlussunnah wal jamaah yang sedemikian luas tetiba diklaim sebagai milik satu kelompok saja.
***
Silakan tertawa. Masih ada yang lebih lucu lagi.
Ada sebagian orang merasa diri sebagai nasionalis sejati. Mengaku paling NKRI. Ke mana-mana menggotong slogan NKRI harga mati. Bagi sesiapa berseberangan dengan mereka, dipersilakan untuk angkat kaki. Pergi ke Arab. Mengkritik pemimpin mereka sama artinya dengan makar. Memberontak terhadap negara.
Cuma mereka yang berhak menentukan  mana kelompok sumbu pendek, mana sumbu panjang. Mana berita hoax, mana fakta. Mana acara yang boleh tayang, mana yang tidak. Siapa yang boleh bicara, siapa yang harus bungkam.
Mereka satu-satunya pemilik slogan kebhinekaan. Barangsiapa tak sependapat, dicaplah sebagai kaum intoleran. Tafsir atas Pancasila, toleransi, dan bhinneka tunggal ika yang sahih mesti berasal dari mereka. Maka lalu muncullah ungkapan-ungkapan: Indonesia Adalah Kita. Kita Indonesia.
Yang lain minggat sana.
Anda tertawa? Semoga iya.
***

Saturday 8 April 2017

WALISONGO ADALAH UTUSAN KHOLIFAH USTMANI




Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Kondisi ini tidak lepas dari peranan para ulama yang disebut sebagai Walisongo (sembilan wali). Sedikit orang yang mengetahui siapa sebenarnya Walisongo dan berasal dari mana kah mereka.
Sebuah kitab bernama Kanzul Hum karya Ibnu Bathutah yang sekarang disimpan di museum Istana Turki di Istanbul menyebutkan bahwa Walisongo datang ke Indonesia atas perintah Sultan Muhammad I untuk menyebarkan agama Islam.
Pada tahun 1404 M (808 H) Sultan mengirim surat kepada para pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah dengan maksud untuk meminta sejumlah ulama agar diberangkatkan ke pulau Jawa. Para ulama yang dimaksud adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam segala bidang agar nantinya akan memudahkan proses penyebaran Islam.
Dengan keterangan di dalam kitab tersebut kita menjadi tahu bahwa sebenarnya Walisongo adalah para ulama yang sengaja diutus Sultan pada masa kekhalifahan Utsmani. Saat itu terdapat 6 angkatan keberangkatan yang masing-masing terdiri dari sembilan orang. Jadi jumlah sebenarnya bukan sembilan ulama tetapi jauh lebih banyak.
Angkatan satu dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim asal Turki yang berangkat pada tahun 1400an. Beliau adalah ulama yang memiliki keahlian dalam bidang politik dan sistem pengairan. Dengan berbekal keahlian tersebut maka beliau menjadi peletak dasar berdirinya kesultanan di pulau Jawa dan juga berhasil memajukan pertanian di pulau ini.
Angkatan pertama ini juga terdiri dari dua orang ulama yang berasal dari Palestina yaitu Maulana Hasanuddin dan Sultan Aliudin. Dua orang ulama ini berdakwah di Banten dan mendirikan kesultanan Banten. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Banten yang merupakan keturunan dari Sultan Hasanuddin memiliki hubungan secara biologis dengan rakyat Palestina.
Selain itu ada Syekh Ja'far Shadiq yang diberi julukan sebagai Sunan Kudus dan Syarif Hidayatullah yang disebut sebagai Sunan Gunung Jati. Kedua ulama ini juga berasal dari Palestina. Dalam proses dakwah beliau, Sunan Kudus membangun sebuah kota di Jawa Tengah yang kemudian disebut kota Kudus. Nama kota tersebut berasal dari kata Al Quds (Jerusalem).
Masyarakat Nusantara pertama kali mengenal Islam pada abad 7 Masehi atau abad 1 Hijriah. Pengaruh Islam sangat besar pada situasi politik saat itu. Dengan semakin berkembangnya ajaran Islam di Nusantara ketika itu, maka bermunculan lah berbagai kerajaan dan kesultanan Islam seperti Kesultanan Peureulak, Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang, Ternate, Tidore, Bacan (Maluku), Pontianak, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Kutai, Sambas, Banjar, Pasir, dan Sintang.
Sedangkan kesultanan yang berdiri di Jawa di antaranya adalah Demak, Pajang, Cirebon, dan Banten. Di Sulawesi, syariat Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Di Daerah Nusa Tenggara hukum Islam diterapkan dalam kesultanan Bima.
Perjalanan Dakwah Wali Songo
Sebelum tiba di tanah Jawa, pada umumnya para ulama ini singgah terlebih dahulu di Pasai. Penguasa Samudera Pasai yang hidup pada tahun 1349-1406 Masehi, Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah adalah orang yang mengantarkan Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.
Sejak tahun 1463 Masehi semakin banyak ulama Jawa yang menggantikan ulama yang telah wafat atau berhijrah ke tempat lain. Para ulama pengganti tersebut di antaranya:
- Raden Paku (Sunan Giri)
Beliau adalah putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu yang merupakan putri dari Prabu Menak Sembuyu Raja Blambangan.
- Raden Said (Sunan Kalijaga)
Beliau adalah putra Bupati Tuban, Adipati Wilatikta atau disebut juga Raden Sahur. Berdasarkan sejarah masyarakat Cirebon, julukan Kalijaga berasal dari nama salah satu desa di Cirebon bernama Kalijaga. Saat Raden Said bermukim di desa tersebut, beliau sering berdiam diri dengan berendam di kali (jaga kali).
- Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
Beliau adalah putra dari Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila. Nama Bonang berasal dari nama sebuah desa di Rembang.
- Raden Qasim Dua (Sunan Drajad)
Seperti halnya Sunan Bonang, beliau juga adalah putra Sunan Ampel. Dengan demikian Sunan Drajad adalah saudara dari Sunan Bonang.
Para ulama diberi gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian dan berarti Tuanku, maka dapat disimpulkan bahwa saat itu dakwah Islam telah berjalan dengan baik dan mendapat kehormatan dari kalangan pembesar Kerajaan Majapahit.
Para Ulama Penyebar Agama Islam Di Nusantara
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Hubungan Kesultanan Nusantara Dengan Kerajaan Islam di Turki dan Arab
Hubungan antara kerajaan Islam Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah juga dapat diketahui dari keterangan seorang sejarahwan, Bernard Lewis, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 1563 Masehi pembesar kerajaan Aceh mengutus seseorang ke Istanbul guna meminta bantuan melawan Portugis. Dia berusaha meyakinkan Khilafah bahwa raja-raja di kawasan tersebut telah bersedia memeluk Islam jika Khalifah Utsmaniyah mau menolong mereka.
Namun sayangnya pada saat itu Kekhalifahan Utsmaniyah sedang mengalami berbagai permasalahan genting yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria dan mangkatnya Sultan Sulaiman Agung. Setelah terhambat selama dua bulan akhirnya mereka membentuk sebuah armada perang yang terdiri dari 19 unit kapal perang dan beberapa kapal pengangkut persenjataan dan persediaan untuk dikirim ke Aceh.
Hal yang disayangkan adalah sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Kapal yang tiba di Aceh hanya dua unit saja dan langsung digunakan untuk mengusir Portugis. Catatan Sejarah mengenai hal ini dapat ditemukan dalam berbagai arsip dokumen negara Turki dan buku-buku yang ditulis oleh sejarahwan dunia.
Selain itu dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri juga disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer dari Khalifah Utsmaniyah berupa senjata disertai pengajar yang khusus dikirim untuk mengajarkan cara pemakaiannya.
Kaitan antara kesultanan Banten dengan kerajaan di Timur Tengah juga dapat terlihat dari gelar-gelar kehormatan yang diberikan kepada para pembesar kerajaan Islam di Nusantara. Gelar tersebut di antaranya:
- Kesultanan Banten
Abdul Qadir dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu.
- Kesultanan Mataram
Pangeran Rangsang memperoleh gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami dari Syarif Mekah pada tahun 1641 Masehi.
Pada tahun 1652 hubungan antara kesultanan Aceh dan Turki juga semakin erat dengan adanya pengiriman utusan Aceh ke Turki dalam upaya meminta bantuan meriam. Khalifah Utsmaniyah mengirim 500 orang pasukan Turki untuk mengawal pengiriman meriam dan amunisi.
Selanjutnya pada tahun 1567, Sultan Salim II mengirim armada ke Sumatera. Melihat kedekatan antara kaum muslimin di Nusantara dengan Kekhalifahan Utsmaniyah, seorang pejabat pemerintahan kolonial Belanda, Snouck Hurgronje, mengatakan, "Di kota Mekah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslim di Nusantara."
Menjelang abad modern pun hubungan tersebut masih terjalin baik, terbukti pada akhir abad 20 konsulat Turki di Jakarta pernah membagikan Al Quran atas nama Sultan Turki. Istanbul juga pernah mencetak tafsir Al Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili. Pada halaman depan tafsir al Quran tersebut tertulis "Dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam." Pada saat itu yang disebut Sultan Turki adalah Khalifah yang merupakan pemimpin Khilafah Utsmaniyah berpusat di Turki.
Snouck Hurgronje juga pernah mengatakan bahwa pada umumnya rakyat di Indonesia terutama mereka yang tinggal di pelosok daerah di seluruh tanah air, memandang Stambol (sebutan untuk Khalifah Utsmaniyah) masih sebagai raja bagi seluruh orang mukmin yang saat itu kekuasaannya agak berkurang karena adanya penguasaan orang kafir di Indonesia.
Melihat fakta-fakta sejarah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa memang Nusantara pada jaman dahulu adalah bagian dari khilafah baik saat kekuasaan Khilafah Abbasiyah Mesir maupun Khilafah Utsmaniyah Turki.
Berdasarkan bentuk kekhalifahan saat itu, Syarif Mekah adalah seorang gubernur pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk daerah Hijaz. Karena itu penganugerahan gelar sultan kepada para pembesar kerajaan Islam di Nusantara lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam dan bukan gelar semata.
Sejarah Masuknya Agama Islam Di Indonesia
Sebelum kita mengenal beberapa teori tentang penyebaran Islam di Nusantara, perlu di perhatikan bahwa Politik Luar Negeri Negara Khilafah terdiri dari dua; Da’wah dan Jihad. Awalnya negeri yang ditargetkan akan diberi dakwah, ketika menerima maka tidak ada perang di sana. Namun, ketika menolak, maka akan terjadi Jihad dan Futuhat (Pembebasan). Dua hal ini adalah politik Luar Negeri, dimana di setiap perkembangan akan disampaikan kepada Khalifah.
Itu pula yang terjadi di Indonesia. Jika penyebaran Islam di lakukan oleh pedagang semata, bukan Da’i atau utusan, maka apakah akan ada laporan kepada Khalifah? Lalu, apakah penyebaran lewat jalur perdagangan merupakan Politik Luar Negeri? Apakah penyebaran Islam dengan jalur perdagangan hanya propaganda untuk menutupi bahwa Nusantara pernah menjadi fokus dakwah Islam dan menjadi bagian dari Khilafah?
Dari teori Islamisasi oleh Arab dan China, Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia, mengaitkan dua teori Islamisasi tersebut. Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Penyebarannya pun bukan dilakukan oleh para pedagang dari Persia atau India, melainkan dari Arab. Sumber versi ini banyak ditemukan dalam literatur-literatur China yang terkenal, seperti buku sejarah tentang China yang berjudul Chiu Thang Shu.
Menurut buku ini, orang-orang Ta Shih, sebutan bagi orang-orang Arab, pernah mengadakan kunjungan diplomatik ke China pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah. 4 tahun kemudian, dinasti yang sama menerima delegasi dari Tan Mi Mo Ni, sebutan untuk Amirul Mukminin. Selanjutnya, buku itu menyebutkan, bahwa delegasi Tan Mi Mo Ni tersebut merupakan utusan yang dikirim oleh khalifah yang ketiga. Ini berarti bahwa Amirul Mukminin yang dimaksud adalah Khalifah Utsman bin Affan.
Pada masa berikutnya, delegasi-delegasi muslim yang dikirim ke China semakin bertambah. Pada masa Khilafah Umayyah saja, terdapat sebanyak 17 delegasi yang datang ke China. Kemudian pada masa Dinasti Abbasiyah, ada sekitar 18 delegasi yang pernah dikirim ke China.
Bahkan pada pertengahan abad ke-7 Masehi, sudah terdapat perkampungan-perkampungan muslim di daerah Kanton dan Kanfu. Sumber tentang versi ini juga dapat diperoleh dari catatan-catatan para peziarah Budha-China yang sedang berkunjung ke India. Mereka biasanya menumpang kapal orang-orang Arab yang kerap melakukan kunjungan ke China sejak abad ketujuh. Tentu saja, untuk sampai ke daerah tujuan, kapal-kapal itu melewati jalur pelayaran Nusantara.
Beberapa catatan lain menyebutkan, delegasi-delegasi yang dikirim China itu sempat mengunjungi Zabaj atau Sribuza, sebutan lain dari Sriwijaya. Umumnya mereka mengenal kebudayaan Budha Sriwijaya yang sangat terkenal pada masa itu. Kunjungan ini dikisahkan oleh Ibnu Abd al-Rabbih, ia menyebutkan bahwa sejak tahun 100 hijriah atau 718 Masehi, sudah terjalin hubungan diplomatik yang cukup baik antara Raja Sriwijaya, Sri Indravarman dengan Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz.
Lebih jauh, dalam literatur China itu disebutkan bahwa perjalanan para delegasi itu tidak hanya terbatas di Sumatera saja, tetapi sampai pula ke daerah-daerah di Pulau Jawa. Pada tahun 674-675 Masehi, orang-orang Ta Shi (Arab) yang dikirim ke China itu meneruskan perjalanan ke Pulau Jawa. Menurut sumber ini, mereka berkunjung untuk mengadakan pengamatan terhadap Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga, yang terkenal sangat adil itu.
Pada periode berikutnya, proses Islamisasi di Jawa dilanjutkan oleh Wali Songo. Mereka adalah para muballig yang paling berjasa dalam mengislamkan masyarakat Jawa. Dalam Babad Tanah Djawi disebutkan, para Wali Songo itu masing-masing memiliki tugas untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Jawa melalui tiga wilayah penting. Wilayah pertama adalah Surabaya, Gresik, dan Lamongan di Jawa Timur.
Wilayah kedua adalah, Demak, Kudus, dan Muria di Jawa Tengah. Dan wilayah ketiga adalah, Cirebon di Jawa Barat. Dalam berdakwah, para Wali Songo itu menggunakan jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni melekatkan nilai-nilai Islam pada praktik dan kebiasaan tradisi setempat. Dengan demikian, tampak bahwa ajaran Islam sangat luwes, mudah dan sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa saat itu.
Selain berdakwah dengan tradisi, para Wali Songo itu juga mendirikan pesantren-pesantren, yang digunakan sebagai tempat untuk menelaah ajaran-ajaran Islam. Pesantren Ampel Denta dan Giri Kedanton, adalah dua lembaga pendidikan yang paling penting di masa itu. Bahkan dalam pesantren Giri di Gresik, Jawa Timur itu, Sunan Giri berhasil mendidik ribuan santri yang akhirnya dikirim ke beberapa daerah di Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia Timur lainnya.
Penjajah Belanda Menghapuskan Jejak Khilafah
Pada masa penjajahan, Belanda berusaha menghapuskan penerapan syariah Islam oleh hampir seluruh kesultanan Islam di Indonesia. Salah satu langkah penting yang dilakukan Belanda adalah menyusupkan pemikiran dan politik sekuler melalui Snouck Hurgronye. Dia menyatakan dengan tegas bahwa musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama.
Dari pandangan Snouck tersebut penjajah Belanda kemudian berupaya melemahkan dan menghancurkan Islam dengan 3 cara. Pertama: memberangus politik dan institusi politik/pemerintahan Islam. Dihapuslah kesultanan Islam. Contohnya adalah Banten. Sejak Belanda menguasai Batavia, Kesultanan Islam Banten langsung diserang dan dihancurkan. Seluruh penerapan Islam dicabut, lalu diganti dengan peraturan kolonial Belanda.
Kedua: melalui kerjasama raja/sultan dengan penjajah Belanda. Hal ini tampak di Kerajaan Islam Demak. Pelaksanaan syariah Islam bergantung pada sikap sultannya. Di Kerajaan Mataram, misalnya, penerapan Islam mulai menurun sejak Kerajaan Mataram dipimpin Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda.
Ketiga: dengan menyebar para orientalis yang dipelihara oleh pemerintah penjajah. Pemerintah Belanda membuat Kantoor voor Inlandsche zaken yang lebih terkenal dengan kantor agama (penasihat pemerintah dalam masalah pribumi). Kantor ini bertugas membuat ordonansi (UU) yang mengebiri dan menghancurkan Islam. Salah satu pimpinannya adalah Snouck Hurgronye.
Dikeluarkanlah: Ordonansi Peradilan Agama tahun 1882, yang dimaksudkan agar politik tidak mencampuri urusan agama (sekularisasi); Ordonansi Pendidikan, yang menempatkan Islam sebagai saingan yang harus dihadapi; Ordonansi Guru tahun 1905 yang mewajibkan setiap guru agama Islam memiliki izin; Ordonansi Sekolah Liar tahun 1880 dan 1923, yang merupakan percobaan untuk membunuh sekolah-sekolah Islam. Sekolah Islam didudukkan sebagai sekolah liar.
Demikianlah, syariat Islam mulai diganti oleh penjajah Belanda dengan hukum-hukum sekuler. Hukum-hukum sekuler ini terus berlangsung hingga sekarang. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa hukum-hukum yang berlaku di negeri ini saat ini merupakan warisan dari penjajah, sesuatu yang justru seharusnya dienyahkan oleh kaum Muslim, sebagaimana mereka dulu berhasil mengenyahkan sang penjajah: Belanda.

Wednesday 5 April 2017

TABLIGH AKBAR DR. ZAKIR NAIK DI GONTOR




Laporan Langsung Dari Tabligh Akbar Syaikh Dr. Zakir Naik, hafidzahullah, di Universitas Daarussalaam, Gontor, Selasa, 7 Rajab 1438/4 April 2017:
Bismillaah.
Setelah diawali dengan tausiyah oleh anak beliau, Fariq Naik, tentang aneka bukti kasih-sayang kaum Muslimiin di masa kaum Salafush Sholih (kaum Pendahulu Yang Salih) dan beberapa sambutan dari tuan rumah dan pemberian cinderamata, Syaikh memulai tabligh.
Dimulai dengan pujian kepada Allah - Tuhan Yang Maha Esa - kalimat pembukaan, salaam kepada hadiriin (doa untuk hadiriin pula), dan firman Allah:
قُلْ يٰۤـاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَآءٍۢ بَيْنَـنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَـعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْــئًا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ؕ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad):
"Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama yang lain tuhan-tuhan selain Allah."
Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka):
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim."
(QS. Aali 'Imraan: Ayat 64)
Syaikh senang ada Fakultas yang juga mengajarkan perbandingan Agama di Gontor (juga perbandingan Madzhab, Hukum, dll.), dan menurut pihak Universitas, adalah yang terbesar di RI.
Penting untuk dimulai pembicaraan tentang konsep mengenai Tuhan, di Yahudi, Kristen, Hinduism, Islaam, dll.
Jika ditanya, berapa Dewa, maka kaum Hindu dapat menjawab banyak Dewa, namun bisa juga 1 Tuhan. Bahwa Matahari, Bulan, dll itu tuhan/dewa. Semuanya adalah God.
Sedangkan Islam mengatakan itu semuanya adalah God's, milik Tuhan.
Untuk dapat dipersatukan, perlu mengacu ke ayat di atas. Dan di kitab Hindu sebenarnya ada penegasan ini. Dan tidak boleh ada penyerupaan (termasuk gambar, patung, dll.) dan tak mungkin ada yang serupa, sebenarnya.
Brahma, adalah Creator, Al Khollaq (Pencipta). Whisnu adalah Sustainer, Al Muhaimiin (Pemelihara, Perawat). Ini diterima Muslim. Ada dalam Asmaul Husna. Namun Muslim tidak mungkin menerima penggambaranNya, juga bahwa mempunyai banyak tangan, menaiki Garuda, dll. Ini sebenarnya dilarang.
Ini juga sebenarnya ditegaskan di Kitab Keluaran dan Bilangan di Bibel di 10 Perintah Tuhan.
Jadi sebenarya ada LARANGAN demikian di Hindu, Yahudi, Kristen.
Dan Muslim percaya penuh bahwa Rosuululloh 'Isa (Esau, Yeshua, Yesus) bin Maryam 'alahissalaam adalah Rosul terkemuka, lahir tanpa ayah, dengan banyak mu'jizat, Al Masih di Akhir Jaman, dll. Namun tidak mungkin menerima bahwa beliau adalah Tuhan. Karena di Bibel juga ini ditolak. Misalnya di Yohanes 10:30, Matius 5:17, dll. banyak ayat.
Jika ada di Bibel yang menyatakan bahwa Yesus menyatakan dirinya Tuhan, maka Syaikh bersedia masuk Kristen.
Yesus menyatakan agar ikuti Hukum Taurat, di Matius 5:17, dll. Dan ikuti jalan kebenaran, sunnah beliau, a.l. di Yohannes 14:6.
Dan Surah Al Ikhlas di Al Qur'aan, adalah dasar dari keagamaan (Theology) dan penguji seluruh, aneka Agama yang dikenal manusia.
Inilah Tauhiid.
Sementara ada banyak yang disebut sebagai God (Dewa), bahkan di negara beliau - India - saja ada ribuan. Bahkan ada yang mengaku sebagai Dewa, Tuhan.
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak perlu menjadi manusia, makhluk, agar mengerti apa rasanya menjadi manusia, makhluk, karena Allah lah yang menciptakannya dan segalanya!
Dan "Allah" adalah satu kata dalam Bahasa Arab. Muslim harus menggunakan ini untuk merujuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun agar orang yang tidak mengerti Bahasa Arab, Syaikh tidak keberatan menerjemahkannya ke bahasa lain, agar orang itu mengerti. Namun "God" bukanlah penerjemahan yang tepat.
Dan perlu untuk menerapkan Syari'ah. Ini juga bukan soal potong tangan yang banyak dikesankan sebagai aturan barbar. Renungkanlah bahwa negara yang paling rendah tingkat kriminalitasnya di dunia, adalah negara Islam Arab Saudi.
Misalnya juga tentang Hukum Syari'ah soal Hijab. Ini utamanya bukan soal untuk perempuan. Namun utamanya justru - pertama kali - adalah kepada lelaki. Lelaki, dinasihati, diperintahkan kepadanya, agar menundukkan pandangannya dulu. Bukan mengumbar pandangannya kepada kaum perempuan. Sementara kaum perempuan juga perlu menahan dirinya dari mengumbar auratnya. Dan agar memakai Hijab, Jilbab. Juga agar ini lebih melindungi mereka dari diganggu. Perumpamaannya, adalah sepasang saudara kembar yang sama cantinya. Satu memakai hijab Islami, satu lagi memakai baju terbuka aurat a la Western (Barat). Dan sama-sama melewati jalan kecil penuh berandalan lelaki. Syaikh bertanya, yang manakah yang akan diganggui? Hadiriin sepakat, si perempuan kedua, yang memakai baju a la Barat terbuka auratnya lah, yang lebih berkemungkinan besar diganggui.
Dan ingatlah, negara yang paling banyak pemerkosaan adalah di USA berdasarkan berbagai laporan. Jika dirata-rata secara Statistik, ada 3 pemerkosaan dalam 1 menit.
Jika Hukum Syari'ah diterapkan di USA, Syaikh dan hadiriin sepakat, angka itu akan menurun.
Karena itu Islaam menunjukkan jalan "salaamah", jalan keselamatan.
Karena itu Islam itu adalah "salaam", Peace, KEDAMAIAN.
Ditutup dengan:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ؕ اِنَّ  رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Beliaulah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Beliaulah yang lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk."
(QS. An-Nahl: Ayat 125)
Sesi Tanya-Jawab:
1. Seorang perempuan, dengan suara terisak-isak, mengatakan bahwa saat usia 8 tahun, ia dipaksa ayahnya yang Kristen (ibunya Muslimah) untuk masuk Kristen. Dia bingung, apakah dia seorang Muslim atau Kristen, kini. Dan kini ingin mencari kebenaran. Dan ingin mengetahui apakah tujuan atau maksud Tuhan menciptakan manusia.
Syaikh mempertanyakan bagaimana HUKUM di RI mengenai pemaksaan macam ini, apalagi di negara yang bermayoritas Muslim seperti RI. Di negara lain, ini tidak diperbolehkan. Dan menekankan agar kaum Muslimiin lain melindungi kaum Muslimiin lainnya. Saling menjaga. Saling mengasih-sayangi. Dan mengingatkan bahwa kaum Muslimiin mempunyai agama TERBAIK (QS Aali Imraan ayat 110).
Perempuan itu bertanya apakah dirinya masih Muslim? Syaikh menjawab, jika dia masih percaya pada Satu Tuhan, maka ia adalah Muslim (ah). Dan apakah Yesus seorang Tuhan atau Rasul? Dan ini dibenarkan si perempuan, Tuhan adalah Satu, dan Yesus bukan Tuhan, namun adalah Rasul.
Si perempuan bertanya, mengapa Tuhan menciptakan manusia, segalanya.
Syaikh menjawab dengan QS adz Dzaariyaat ayat 56. Dan menerangkannya. Apa tujuannya? Permisalannya, apa sebenarnya sukses itu? Maka Syaikh menjawab dengan QS Al Ashr. Sukses itu adalah Iman, Amal Sholih, memperingatkan dan menjaga sesama manusia, memperkenalkan kebenaran kepada manusia.
Mengapa Allah menginginkan kita beribadah, berdoa?
Allah adalah The Greatest. Jika semua makhluk menyembahNya atau tidak, Allah tetap Allah, Tuhan. The Greatest.
Maka, di sholat, selain beribadah, berdoa, kita juga meminta petunjuk.
Syaikh bertanya, jika ibu si perempuan terkena serangan jantung, apa yang dilakukan? Ke dokter yang kurang pengetahuan, dokter biasa, atau dokter yang terbaik?
Si perempuan menjawab, ke dokter terbaik.
Syaikh membenarkan, karena itu kita ke ALLAH, YANG TERBAIK, TERBENAR, TERHEBAT, TUHAN ALAM SEMESTA.
Inilah juga maksud dari Al Faatihah. Diterangkannya lah makna masing-masing ayatnya. Juga di surah dan ayah lainnya. Untuk meminta guidance. Petunjuk. Penjagaan. Dan di Al Qur'an diterangkanlah bagaimana kehidupan yang selamat itu sebaiknya, seharusnya, tatacaranya.
Lalu si perempuan bertanya, mengapa Allah menghukum kita jika kita tidak beribadah?
Syaikh menjawab, bayangkanlah ada seseorang membuat perusahaan, dan ada orang yang digajinya, namun membangkang terhadapnya. Maka pantaskah orang itu digaji lagi, bahkan juga bonus?
Si perempuan, mengatakan dengan geli, bahwa ya, orang itu tidak perlu digaji, karena nakal, membangkang.
Dan Syaikh, menyatakan jika si pembangkang itu datang, maka Allah akan mengampuninya, memberikannya semua keuntungan. Karena Allah Maha Kaya, Maha Pengampun.
Dan Syaikh sampaikan, hidup ini adalah ujian. Tes. Untuk The Hereafter, Kehidupan Selanjutnya. Manusia mempunyai Free-will. Gunung, Hutan, Bumi, dll. tidak punya. Manusialah yang mempunyai keistimewaan ini. Dan jika manusia mengikuti Al Qur'an dan Al Hadits, maka in syaa Allah, kita akan selamat.
Dan si perempuan menyatakan percaya kepada Tuhan Yang Satu, dan bahwa Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - adalah Rosul (UtusanNya). Tanpa paksaan. Dalam Bahasa Arab dan Inggris. Dengan terharu menangis. Disaksikan ribuan orang (menurut laporan panitia ada 15.000 an hadiriin).
Dan takbir ribuan orang bergema!
Maa syaa Allah, wallohu akbar!
Pertanyaan kedua dari Maria dari NTT.
Menurut dia, jika Muslim dari Jawa murtad ke luar pulau Jawa, akan dipenjarakan, dihukum. Menurut dia, Syaikh mengatakan itu. Moderator menyatakan Syaikh tidak menyatakan itu.
Dan si perempuan mengulangnya, mengapa jika orang beragama Islam ke pulau lain, keluar agamanya, dipenjarakan.
Dan ini bukan urusan Syaikh.
Apalagi, maaf, menurut kami, penanya itu memang kesulitan berbahasa Indonesia dan keliru memahami ceramah Syaikh. Menurut kami, maksudnya, adalah pertanyaan mengapa bila seseorang Murtad, dihukum.
Pertanyaan ketiga, Wibowo, Tionghoa, Muallaf, dari Sidoarjo. Agama keluarganya bermacam2. Pertanyaannya, apakah Allah mengutus Rosuululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - untuk mengislamkan dunia?
Syaikh menjawab, seluruh nabi dan rosul diutus untuk menyebarkan Islam. Antara lain di QS Saba' ayat 28.
Orang itu menerimanya. Dan meminta agar dapat memeluk Syaikh. Dan diperbolehkan.
Pertanyaan keempat, dari perempuan, Dewi Nurhayati, ingin bertanya mengenai asumsi Non Muslim bahwa Rosuululloh - shollollohu 'alaihi wasallam - telah mempolitisasi agama agar Arab menjadi kaya. Misalnya soal hajj itu adalah agar negara Arab jadi kaya.
Syaikh menjawab, beliau tidak tahu ada negara lain di dunia, menghabiskan biaya sebesar Arab Saudi dalam menjaga agar Muslimiin dapat beribadah dengan nyaman dan lancar. Dari uang mereka. Bukan mencari uang dari ibadah Hajj.
Pertanyaan lain, dari Muallaf, apakah doanya bagi keluarganya yang masih Non Muslim, diijabah Allah?
Syaikh menjawab, ia sebaiknya doakan mereka agar mendapatkan hidayah, dan perkenalkan mereka akan Islam.
Pertanyaan lain, dari muallaf perempuan eks Hindu. Ibunya murtad. Bapaknya Hindu. Namun sejak 17 thn dia dibebaskan memilih agama. Lalu dia belajar Islam. Pertanyaannya, jika ia menikah, dengan Muslim, dia ikut adat siapa.
Fariq Naik, anak Syaikh Zakir Naik, menjawab, bahwa tentu saja mengikuti tatacara Islam. Dan nikahilah Muslim. Bukan yang Non Muslim.
Pertanyaan berikutnya, Rendra lelaki muallaf eks Kristen. Pertanyaannya, apakah kaum Kristen terdahulu masuk Surga? Dan bagaimana meyakinkan keluarganya bahwa Bibel sekarang sudah melenceng, agar masuk Islam.
Dijawab oleh Fariq. Kitab2 jaman dulu hanya berlaku pada masanya. Kita perlu mengikuti Al Qur'an, petunjuk terakhir. Dan ada tanda2 hubungan ini semua. Ada sisa kebenaran di edisi kitab2 itu kini. Dan itu justru menguatkan Al Qur'an.
Untuk meyakinkan keluarganya, sampaikan bahwa tidak ada sama sekali di Bibel bahwa Yesus menyatakan dirinya sebagai Tuhan.
Pertanyaan berikutnya, dari perempuan Muallaf eks Kristen. Ibunya Kristen. Ayahnya Muslim. Dia menanyakan mengapa Al Baqarah 62 kontradiktif dng bahwa Kafiruun akan ke Neraka.
Syaikh memulainya dengan menyayangkan bahwa banyak di RI, banyak terjadi pernikahan Muslim dengan Non Muslim. Beliau merasa banyak Muslimiin Indonesia masih tidak paham agamanya. Padahal Muslimiin adalah yang terbaik. Mengajak ke Surga. Dan Non Muslimiin, tidak.
Dan Syaikh menjawab, yang dimaksud, adalah mereka di masa lalu itu, adalah umat Tauhiid di masa lalu. Namun syari'ahnya sudah usai. Kini mereka harus menerima syari'ah kini jika ingin selamat. Jadi jika mereka kaum Yahudi, Kristen, dll saat ini menerima Islam, maka dosanya diampuni Allah.
Pertanyaan berikutnya, Muslimiin dari Aceh. Apakah jika bekerja untuk pemerintah yang belum menerapkan syari'ah, boleh atau tidak? Mereka Thogut atau bukan?
Syaikh menjawab, boleh, sepanjang tidak memerangi Islam. Tidak melakukan yang harom.
Pertanyaan lain, Rosita, muslimah Ambon, menanyakan polemik soal Bumi bulat atau dihamparkan, datar.
Syaikh menjawab, bukan demikian. Dihamparkan, misalnya bagaikan Karpet, adalah bagi manusia. Agar kita dapat berjalan di atasnya. Karpet tentu saja juga dapat dihamparkan menyelubungi sesuatu yang bulat, global.
Pertanyaan berikutnya, Muslim, guru dari Sumbawa. Siapa yang mengajari kaum Non Muslim hal menyembah yang salah, padahal di Kitab mereka sebenarnya ada petunjuk tentang Tauhiid.
Syaikh menjawab, adalah kaum manusianya yang mengajari yang salah. Misalnya di Kristen, kaum Gerejanya lah yang mengajari ini. Dengan tafsir yang salah. Dan mendapatkan keuntungan duniawi. Karenanya, Syaikh menyatakan agar mereka kembali ke ajaran yang benar. Misalnya tentang Kalky Autar, yang ditunggu kaum mereka dalam khazanah Hindu, sebenarnya adalah Rosuululloh Muhammad, shollollohu 'alaihi wasallam. Ada banyak buktinya. Sebenarnya.
Pertanyaannya, perempuan Muallaf. Adiknya juga sudah. Tapi orangtuanya masih Katolik. Dia bertanya, apakah masih boleh menyelamati keluarganya setiap Natal hanya untuk menghormatinya. Karena pernah 2 tahun tidak menyelamatinya, orangtuanya sedih. Bagaimana jalan tengahnya?
Fariq menjawab, ucapan selamat merayakan Natal sama seperti menyetujui bahwa Allah mempunyai anak. Ini tragis. Tak pantas. Dan sebenarnya lebih baik si Muallaf menasihati mereka. Jangan turuti Syirik. Dan justru ini adalah peluang untuk berda'wah.
Pertanyaan berikut, muslimiin dari Riau, QS Al Maaidah 51, apa arti sesungguhnya soal "Aulia"?
Syaikh menjawab, jangan ambil teman dekat, pembantu, pelindung, secara umum, bukan hanya soal pemimpin, dari Non Muslim Yahudi dan Kristen. Kalau sampai ya, maka bisa jadi berisiko digolongkan Allah seperti mereka.
Muslim, berpihaklah kepada (jalan) Allah. Maka Allah akan membantu Muslim.
Muslim jangan menjadikan mereka Pelindung. Namun lindungilah mereka.
Ini mutlak.
Pertanyaan berikutnya, Siti Nurwahyuningsih, bertanya mengapa banyak orang masuk Islam, namun banyak kelakuannya yang macam Kafir. Tak melaksanakan Islam.
Syaikh malah menanyakan ini kepada kita, Muslimiin Indonesia.
Kalau beliau bertetangga dengan Murtadiin, beliau akan sangat malu, dan berusaha menasihatinya.
Maka beliau menekankan agar kita mempelajari Al Qur'aan, dan utamanya, memepelajari terjemahan dan tafsirnya dalam bahasa yang kita mengerti.
Dan agar kaum Muslimiin bersatu.
Dan jangan hiraukan orang yang menyarankan kita menjauhi Al Qur'an dan As Sunnah.
Sudah waktunya Muslimiin Indonesia, negara yang - konon - terbanyak Muslimnya, bangkit.
Pertanyaan terakhir, Anthony, Kristen, dari Kediri. Pernah belajar sholat. Lalu murtad. Dia murtad karena menurutnya di Kristen Tuhan itu satu. Menurutnya pada akhir jaman Nabi Isa akan turun di Akhir Jaman dan menjadi Juru Selamat. Dia percaya ini.
Syaikh menjawab bahwa 'Isa - 'alaihis salaam - diangkat ke langit. Dalam keadaan hidup. Tidak disalibkan. Agar nanti di Akhir Jaman beliau kembali untuk menjelaskan bahwa beliau tidak pernah mengklaim sebagai Tuhan. Beliau akan datang sebagai manusia, Rosuululloh, sebagai umat Islam. Dan ini bahkan ada isyarahnya di Bibel. Juga bahwa beliau menerangkan bahwa akan ada Rosul berikutnya, yakni Ahmad/Muhammad, di Bibel. Maka jelas bahwa Rosuul yang terakhir, adalah Muhammad, shollollohu 'alaihi wasallam. Bukan 'Isa (Esau, Yeshua, Yesus), 'alaihis salaam.
Akhirnya orang ini percaya bahwa Tuhan itu Satu. Dan Yesus serta Muhammad adalah Utusan. Jadi dia sebenarnya bukan Murtad. Dia Muslim.
Dan bersyahadat. Dan dia menangis.
Dan dia maju ke panggung. Memeluk Syaikh. Sambil menangis.
Maa syaa Allah, wallohu akbar!
Alhamdulillaah.
Tulisan ini, alhamdulillah, diiakhiri pukul 01.01 WIB

Tuesday 4 April 2017

MEMBACA ZAMAN




Menjadi sebuah topik yang cukup menarik apabila kita mencermati perkembangan zaman dimana saat ini kita berpijak. Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa zaman ini segala sesuatunya sudah rusak, manusia-manusia menjadi kurang adab, pergaulan bebas merajalela, pemimpin-pemimpin negeri seakan hanya bekerja untuk egoisme diri dan menelantarkan hak rakyat. Meskipun tak sedikit yang berdalih bahwa zaman ini adalah lebih modern dari zaman dulu. Mereka berkata ini zaman teknologi digital yang serba canggih, dan bersikukuh menganggap ini adalah zaman yang lebih baik dari sebelumnya meski cacat moral telah melanda hampir sebagian besar generasi penerusnya.
Menariknya, periode zaman ini ternyata telah dikabarkan oleh Rasullullah Muhammad ﷺ melalui sebuah hadist yang mahsyur,
“Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,”(HR. Ahmad)
Dalam hadist tersebut Rasullullah Muhammad ﷺ telah dengan jelas menyampaikan bahwa memang periode kehidupan manusia setelah datangnya islam terbagi menjadi lima zaman. Periode pertama adalah zaman kenabian (an nubuwwah), dimana pada zaman itu islam yang turun di jazirah Arab datang sebagai agama yang membawa hidayah bagi manusia. Pada masa itu bertepatan pula dengan kemajuan dan perkembangan kerajaan Persia di Timur dan Romawi di Barat yang kekuasaannya membentang hamper meliputi sebagian besar wilayah dunia. Kemudian zaman kenabian ini selesai ditandai dengan wafatnya Rasullullah Muhammad ﷺ pada tahun 11 Hijriyah.
Kemudian fase kedua setelah nubuwwah adalah fase khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah. Kata khilafah artinya adalah pengganti. Maka makna fase khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah adalah periode dimana umat islam dipimpin oleh pengganti Rasul (Kholifatur Rasul) yang masih berada pada jalan (minhaj) kenabian. Dan khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah ini berlangsung selama 30 tahun sebagaimana yang beliau ﷺ sabdakan,
”Kekhilafahan umatku selama 30 tahun, kemudian setelah itu adalah masa kerajaan”  (HR. Abu Dawud no. 4646,4647; At-Tirmidzi no. 2226; dan yang lainnya; shahih).
Maka dari hadist tersebut khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah berakhir pada tahun 41 Hijriyah saat khalifah Hasan bin Ali r.a (yang saat itu hanya memegang kekuasaan selama 6 bulan) menyerahkan kepemimpinan kepada sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan r.a.
Fase berikutnya setelah periode kedua berakhir adalah fase kerajaan yang menggigit (mulkan ‘adhon). Dalam fase ini umat islam dipimpin oleh dinasti kerajaan yang sudah bukan lagi khilafah, meskipun dalam buku-buku sejarah masih cukup banyak yang menyebutnya sebagai masa khilafah. Raja atau pemimpin umat islam pada masa ini masih memegang teguh Al Quran dan Sunnah sebagai undang-undang dan panduan hidup. Banyak raja dzolim yang terlahir pada masa ini, namun juga tak sedikit raja yang arif yang mampu membawa agama islam jaya hingga seantero muka bumi. Kita bisa melihat kejayaan islam melalui lahirnya raja Umar bin Abdul Aziz pada masa dinasti Ummayyah, raja Harun Ar Rasyid pada dinasti Abasiyah, Sultan Muhammad Al Fatih pada kesultanan Turki Ustmaniyyah, dll.
Fase mulkan ‘adhon ini berakhir pada tahun 1924 Masehi atau sekitar 1342 Hijriyah yang ditutup dan dihapus oleh seorang Yahudi bernama Mustafa Kemal Attarturk sekaligus menandai dimulainya kekuasaan dan kejayaan Yahudi di muka bumi. Maka setiap peradaban dan kebijakan dunia yang terjadi setelah masa ini adalah kebijakan dan sistem dari Yahudi dan orang-orang kafir.
Fase keempat setelah berakhirnya kerajaan yang menggigit (mulkan ‘adhon) adalah kerajaan yang kejam dan diktator (mulkan jabar). Semua ulama’ ijma’ bahwa zaman sekarang ini adalah zaman mulkan jabar. Zaman dimana para pemegang kekuasaan (orang kafir dan Yahudi) memimpin peradaban dengan sekehendak mereka sendiri. Salah satu contoh bahwa zaman ini adalah zaman diktator ialah dibatalkannya hasil pemilu demokrasi di Mesir yang memenangkan dr. Mursi dari partai ikhwanul muslimin, dan tetap digempurnya Palestina meskipun kelompok Hamas memenangkan pemungutan suara. Sistem demokrasi adalah sistem politik buatan orang kafir dan Yahudi, akan tetapi jika hasil demokrasi tak menguntungkan mereka, maka mereka akan dengan mudah membatalkannya. Inilah sebenar-benarnya diktator.
Di zaman ini pula rasa-rasanya apa yang disebutkan Rasulullah Muhammad ﷺ menjadi sebuah kenyataan dimana umat islam berada dalam kondisi jumlah yang banyak namun mereka tak begitu berharga layaknya buih di lautan. Keberadaan mereka dikebiri musuh-musuh islam seperti hidangan makanan yang diperebutkan. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi ﷺ bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Dan sesungguhnya inilah yang saat ini kita rasakan. Tak bisa kita pungkiri bahwa kita sedang berada di zaman yang rusak, dimana segala sistem dan kebijakan politik internasional dikuasai oleh Yahudi dan orang-orang kafir. Maka tak aneh jika kerusakan dan perbuatan tak beradab terjadi di mana-mana.
Jika kita bisa memilih, tentu kita tak ingin hidup di akhir zaman, di mana huru-hara fitnah akhir zaman amat begitu mengerikan bagi orang-orang yang mengetahuinya. Jika kita boleh memilih, tentu kita akan memilih hidup di zaman Rasullullah ﷺ dan menjadi bagian dari pasukan Nabi untuk menegakkan tauhid di atas muka bumi dan berjuang bersama para sahabat lainnya. Namun, hidup di masa kini bukanlah keinginan kita, melainkan adalah bagian dari takdir-Nya yang sengaja Allah pilihkan untuk menguji, apakah diri kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang yakin terhadap agama-Nya ataukah tidak.
Fase ini kita yakini dengan sebenar-benar keyakinan pasti dan akan segera berakhir. Kurang lebih 4/5 periode zaman telah terjadi dan terbukti kebenarannya. Tinggallah 1/5 periode zaman yang belum terjadi, yakni periode khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah yang sekaligus menandakan dekatnya kiamat akhir zaman.
Kelima zaman yang telah Rasullullah ﷺ sampaikan tersebut sebenarnya merupakan ilustrasi dari umur umat islam di dunia ini. Sebagaimana ummat Nabi-Nabi sebelum agama islam yang memiliki batasan periode, maka ummat islam juga memiliki batasan waktu hidup di muka bumi ini. Lantas, di tahun berapakah umur ummat islam ini akan berakhir?
Yang jelas dan merupakan hal yang wajib kita yakini adalah bahwa waktu berakhirnya ummat islam adalah tatkala zaman periode kelima, yakni zaman khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah selesai. Pendapat yang mahsyur terkait umur ummat islam ini dapat kita ketahui dari tiga Imam yang sudah tidak lagi diragukan keilmuannya, mereka adalah Imam Ibnu Rajab al Hanmbali, Imam As Suyuthi, dan Imam Ibnu Hajar As Asqolani.
Imam Ibnu Rajab Al Hanbali mengatakan bahwa umur umat islam adalah lebih dari 1400 tahun dan kurang dari 1500 tahun. Sedangkan Imam Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitabnya Al Ijarah dan Kitabul Fitan bahkan mengatakan hal yang lebih spesifik yakni umur ummat islam adalah 1476 tahun.
Jika saat ini kita berada di tahun 1436 Hijriyah, maka 1476 dikurangi dengan 1436 adalah 40 tahun. Apakah benar ini adalah umur umat islam yang tersisa? Jawabannya bukan. Penanggalan hijriyah dimulai dari peristiwa hijrahnya Rasul ﷺ ke Madinah, maka angka 40 tahun tersebut masih harus dikurangi lagi dengan 13 yang mana adalah bilangan tahun sejak Nabi menerima wahyu sebagai tanda lahirnya islam sampai beliau ﷺ hijrah ke Madinah. Maka umur umat islam tinggal 27 tahun.
Dari penjelasan tersebut, jika pendapat yang disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar dan Imam Ibnu Rajab tersebut adalah benar, maka dalam 27 tahun ke depan umat islam akan mengakhiri zama diktator sekaligus menyongsong datangnya zaman khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah. Dan setelah khilafah akhir zaman itu selesai, umat islam akan diwafatkan oleh Allah SWT, kemudian keluarlah Ya’juj dan Ma’juj sebagai tanda besar kiamat Kubro dimulai.
Bagi sebagian orang ini akan menjadi hal yang mengerikan dan menakutkan. Sebab memanglah hal yang wajar jika manusia merasa takut akan datangnya hari kiamat. Meski demikian, kita umat islam yang hidup di zaman akhir ini sebenarnya bukanlah untuk terus menerus menyanyikan lagu kesedihan dan berkeluh kesah atas ratapan rusaknya moral yang tak beradab. Mindset dan persepsi umat islam haruslah segera diganti, bahwa sesungguhnya Allah telah memilih kita sebagai ummat yang akan mengembalikan dan menghadirkan fase periode zaman kelima, yakni khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah. Kitalah ummat yang terpilih itu!
Maka pilihan itu adalah di tangan kita sendiri. Apakah kita akan menjadi sekelompok orang yang turut menjadi pemain dan pejuang kemenangan agama islam, atau menjadi kelompok yang phobia terhadap hadirnya zaman kelima itu, zaman khilafah yang tegak di atas manhaj kenabian, ataukah jangan-jangan kita akan menjadi penonton yang hanya bisa menyaksikan pergulatan akhir zaman?
Selamat berjuang. Anggaplah segala bentuk kedzoliman yang terjadi di muka bumi sekarang ini sebagai badai yang harus dihadapi. Karena terkadang Allah sembunyikan matahari. Kemudian Dia datangkan kilat bahkan petir. Kita pun menangis dan bertanya-tanya, kemanakah hilangnya cahaya? Rupa-rupanya Allah hadiahkan kita pelangi.
Copyright (c) 2016 Jhon Lennon Allright Reserved. Powered by Blogger.

Kirim Saya Email

Name

Email *

Message *